Pernah nggak, enak-enak nonton film pas mau berantem eh
tau-tau udah keliatan mayatnya, nggak tau terbunuhnya kayak apa, nggak tau
dibunuh pake apa, nggak tau alat yang dipake ngebunuh tepat sasaran apa enggak.
Atau yang lebih simple adegan berantem pas nendang tau-tau yang ditendang jatuh
tersungkur kejang-kejang matanya terbelalak sambil merintih kesakitan tanpa ada
yang tau tendangan tadi kena apa enggak. Dan parahnya itu nggak cuman sekali.
Kalau semua berakhir dengan tayangan kayak gitu kenapa yang
bikin film susah-susah ngasi animasi darah muncrat kemana-mana biar terkesan
nyata dengan tujuan penonton benar-benar terbawa suasana film? Repot kan?
Ibarat udah masak enak tapi cuman dipamerin aja tanpa boleh dimakan, ibarat
udah ngelukis susah-susah tapi saat pameran ditutupin kain biar nggak ada yang
liat, ibarat udah lepas celana terus jongkok diatas WC sama ngeden tapi nggak
boleh sampe keluar, halah repot juga kan....
Emang ada nggak sih orang yang nggak bingung liat film pas ada
dua orang aktor gagah ngeluarin senjata bareng tiba-tiba salah satu tersungkur,
terus tau-tau yang tersungkur tadi bangun tidur diatas tempat tidur yang gede,
lalu ada cewek seksi dateng sambil bawa wine sepertiga gelas eh, tiba-tiba
iklan pembalut. Nah abis iklan ceritanya tiba-tiba jadi romantis, artisnya makan
malam berduaan di kapal yang lampunya kuning-kuning hangat, bisa kan bayangin
kalau diliat dari jauh kuning-kuning hangat mengapung diatas air, halah,
lupain. Terus pertanyaannya, apa kabar si aktor yang satunya? Apa dia mati?
Gentayangan? Dimutilasi? Hanyut? Apa jangan-jangan aktor yang nggak diketahui
nasibnya itu berubah jadi cewek seksi yang bawa wine sepertiga gelas tadi? Kalo
iya, jadi muncul lagi pertanyaan baru tentang apa yang mereka lakuin selama
iklan? Terus kok bisa mereka tiba-tiba makan malam bareng diatas kapal? Jadi
antara saat si cewek bawa wine sampai mereka berdua makan malam, apa yang
mereka lakuin? Semua kejelasan jadi lenyap dan berakhir dengan ketidak puasan
atas film tersebut sehingga penonton menilai “Film itu BURUK”
Kalau kesan “Film itu BURUK” sudah keluar padahal penonton
tidak melihat sepenuhnya, berarti sama dengan perkataan “BAB itu tidak
melegakan”, oh my God, padahal rasa puas setelah melakukan hal yang biasa
disebut “BAB” itu sungguh-sungguh membuat orang nggak ingin berhenti bersyukur.
Apalagi dilakukan dengan ikhlas, tanpa paksaan disertai tempat yang nyaman.
Harusnya kita paham, untuk menilai sesuatu, kita benar-benar
harus melihat keseluruhan, agar tidak ada pikiran yang subjektif. Karena adanya
pemotongan-pemotongan dalam film yang membuat film itu semakin GJ, wajar jika
banyak orang lebih memilih beli film bajakan atau bahkan hanya download film
dari internet secara gratis tis tis. Kenikmatan nonton film bisa menyaingi
kenikmatan ‘BAB’ karena bisa nonton kapanpun dimanapun, nonton secara lengkap,
tanpa ada iklan yang mengganggu ketegangan.
Semua keputusan ada pada kita sendiri, ada yang suka film
dipotong-potong, ada yang enggak. Terserah lah mau nonton kayak apa aja, yang
penting kita bisa nonton film sampai lega, selega ‘BAB’.
sangat penting menurut saya
ReplyDeletegak penting bang
ReplyDelete